Senin, 08 Januari 2018

TAWAKKAL

Tawakkal, sudahkah kita memahami kata ini dengan tepat? Acapkali saat kita menghadapi sesuatu yang membuat kita pasrah, kita dipesani oleh teman, "Udah, tawakal aja." Lalu seketika kita memasrahkan hasil kepada Allah.

Tawakkal, yang sebenarnya dalam bahasa Arab artinya kata kerja perintah (fi'lul amri) dari kata tawakal yang yang kita kenal di bahasa Indonesia. Tawakkal sendiri jika maksudnya kata benda (mashdar atau kalau dalam bahasa Inggris disebut gerund) lebih tepatnya adalah tawakkul seperti halnya bentuk tadabbur, ta'arruf, takabbur.

Lalu, apa sih arti tawakkul sendiri dalam bahasa Arab? Tawakkul sendiri artinya memasrahkan hasilnya kepada Allah setelah melakukan usaha. Nah, penting kita mematri dalam hati bahwa tawakkal itu setelah kita melakukan usaha yang pantas. Apabila kita tidak berusaha lalu hanya pasrah maka bukan termasuk tawakkal. Itu namanya tawaakal (تواكل).

Anas bin Malik menceritakan bahwa ada orang yang bertanya kepada Nabi, "Wahai Rasulallah, apakah aku ikat dulu untaku dulu baru aku bertawakkal atau aku lepas saja baru aku bertawakkal?" Nabi menjawab, "Ikatlah barulah tawakkal." (HR At-Tirmidzi)

Usaha, proses, upaya, atau apapun itu namanya tidak menafikan tawakkal. Justru Allah memerintahkan kita untuk berusaha. Allah tidak ingin kita hanya memasrahkan semuanya kepada Allah tanpa kita berusaha terlebih dahulu. Ingatlah kisah Bunda Maryam sesaat melahirkan Nabi Isa. Bayangkan bagaimana lemahnya seorang ibu yang baru saja melahirkan di bawah pohon kurma seorang diri tanpa ditemani siapapun lalu Allah memerintahkannya untuk menggoyang-goyangkan pangkal pohon kurma agar buah kurma gugur dan dapat menjadi makanannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat buah kurma berjatuhan ke arah Bunda Maryam tanpa harus Bunda Maryam berusaha namun tetap Allah memerintahkan untuk berusaha.

Sudah maksimalkah usaha kita? Atau kita menggunakan tawakkal untuk mencari-cari alasan kebelumberhasilan kita? "Ah, memang Allah belum mengizinkanku untuk meraih hal ini." Padahal usaha maksimal belum ditempuh. Allah tidak menanyakan mengapa kita tidak menang tetapi menanyakan mengapa kita tidak berusaha?

Jatiasih, 8 Januari 2018
Bukhori Ahmad Muslim
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/