Minggu, 21 Januari 2018



Reuni. Kembali bersatu.

Barusan mendapat kesempatan untuk mengikuti reuni akbar perdana pesantrenku saat sekolah menengah pertama dahulu. Aku kembali bertemu banyak orang yang pernah hadir dalam hidupku sejak sekian lama tak jumpa. Aku kembali bertemu dengan ustadzku yang telah mengubah hidupku secara total. Telingaku kembali mendengar wejangan Pak Kyai setelah sekian lama tak pernah mendengar suaranya. Semua memori samar-samar terbayang walau semua orang sudah berubah.

People change, memories don't.

Benar, orang-orang sudah berubah. Awal perjumpaan dengan mereka adalah masa remaja transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dua puluh empat jam dalam sehari tujuh hari dalam sepekan aku membersamai mereka di asrama, dapur, sekolah, masjid, dan tempat-tempat lain yang tak dapat disebut satu persatu. Mereka semua sudah berubah. Mereka semua sudah menjadi 'orang' di tempat masing-masing. Tidak hanya menjadi 'orang', mereka menjadi inspirasi dan pengaruh di tempatnya.

Dahulu saat masih bersama, hanya karena merasa aku mengungguli seseorang dalam hal tertentu muncul perasaan, "Bakal jadi apaan orang ini nanti." (betapa sombong diriku dahulu) atau ada temanku yang biasa saja tak terlihat hal menonjol dari dirinya. Ada juga teman yang terkenal bandel lalu muncul tilikan bakal jadi apa dia nanti. Semua itu hanya kesombongan diriku dahulu dan pandangan jangka pendek.

Sekarang, satu persatu aku melihat mereka sukses di tempat dan bidangnya. Ada yang menjadi inisiator gerakan sosial ini dan itu, ada yang menjadi presiden di fakultasnya, ada yang menjadi pemimpin di lembaga dakwah fakultasnya, ada yang dari negara ke negara lain mengharumkan nama negaranya sendiri dengan prestasinya, ada yang sukses dengan bisnisnya menghidupi keluarga kecilnya, ada dan ada yang tak sanggup kutuliskan satu persatu. Aku angkatan keempat maka semua orang yang kumaksud di sini jaraknya hanyalah maksimal 3, 2, 1 tahun, atau bahkan tak berjarak sama sekali. Memang diri kita tak mampu untuk mengubah makna dan lafazh Alquran. Namun, apabila Alquran sudah masuk ke dalam diri kita maka nantikan perubahan (yang lebih baik) dalam diri dan hidup kita.

Hal yang bisa kupelajari hari ini adalah tidak perlu kita menghargai orang menunggu jabatan ataupun prestasinya. Hargai semua orang yang kita kenal dan tidak perlu kita memandangnya dengan sebelah mata hanya karena 'B aja' menurut kita. Sebagai contoh, tidak perlu kita memandang sebelah mata teman kita yang kita anggap apatis ataupun hanya kuliah-pulang kuliah-pulang bahkan teman kita yang 'berlangganan' remediasi. Semua orang memiliki keunikan tersendiri. Kita tak ada yang tahu akan sesukses apa teman-teman kita nanti bagaimanapun kita memandangnya sekarang. Oleh karena itu, tidak ada ruginya kita menghargai mereka semua.

Jatiasih, 21 Januari 2018
Bukhori Ahmad Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/