Senin, 27 Maret 2017

Kontribusi

Selama sepekan terakhir saya belajar dari banyak orang apa arti kontribusi. Saya diberi kesempatan untuk belajar dari banyak orang yang kelak mereka akan mengemban amanah besar. Belasan orang telah menyampaikan motivasi mereka dan menjelaskan siapa diri mereka. Bak mendapat energi positif, saya juga ikut termotivasi namun makin menjadi merasa bukan siapa-siapa dibanding mereka.

Beberapa orang yang saya belajar banyak dari mereka akhir-akhir ini sebenarnya sudah memberi banyak kontribusi banyak dengan menempati berbagai amanah di berbagai tempat namun tetap menganggap dirinya masih belum sepenuhnya berkontribusi untuk angkatan. Sebenarnya mereka di berbagai tempat sudah membawa nama harum angkatan namun mereka tetap ingin berkontribusi nyata untuk angkatan. Kontribusi nyata untuk angkatan -menurut kesimpulan saya yang terbatas ini- bagi mereka adalah menyukseskan acara angkatan dari berbagai bidang. Tidak peduli di bidang mana mereka akan ditempatkan, yang penting mereka dapat berkontribusi sesuai keahlian dan spesialisasi masing-masing.

Satu pekan yang cukup melelahkan ini telah usai tapi saya sadar bahwa usaha belajar dari banyak orang ini takkan sia-sia. Banyak ide, inovasi, motivasi, evaluasi, kriteria ideal, dan hal lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah mereka ajarkan pada diri saya ini. Mungkin yang tertulis di kertas ini adalah pewawancara, namun sejatinya yang lebih tepat adalah pembelajar akan nilai-nilai yang mereka sampaikan.

Hari Kejepit Nasional, 27 Maret 2017

Terima kasih untuk kawan-kawan formatur. Semoga yang terpilih Allah bantu untuk tunaikan amanahnya.
Gambar selengkapnya

Jumat, 24 Maret 2017

Perantara & Tujuan

"Keren itu bukan tujuan, tapi hanya perantara saja." (26 Februari 2017)

Sering kali sesuatu yang sebenarnya hanyalah sebuah perantara karena ego kita hal itu berubah menjadi tujuan. Misalnya aku harus ikut ini harus ikut itu, harus aktif ini aktif itu, harus IP cumlaude, harus jadi aslab, dsb. Saat hal itu tak tercapai langsung down. Misalnya juga pokoknya aku harus masuk universitas ini universitas itu namun ternyata takdirnya di universitas lain. Padahal kita bisa aktif di sebuah tempat, IP bisa cumlaude, atau mendapat posisi tertentu hanyalah sebuah perantara agar kita bisa menjadi tujuan kita.

Tertutupnya sebuah pintu perantara bukan berarti tertutupnya pintu untuk menggapai tujuan sama sekali. Terkadang kita terlalu lama meratapi tertutupnya sebuah pintu perantara sehingga kita tak sempat menyadari ada pintu perantara lain yang secara bersamaan terbuka untuk kita.

Hal pertama yang dapat dilakukan saat merasa tertutupnya sebuah pintu perantara adalah menerima dengan ikhlas serta merenungi hikmahnya. Sering diri terlalu berambisi dalam meraih sesuatu hingga lupa akan esensinya. Sering bertanya 'mengapa tidak dapat' dan berandai 'seandainya di sana' tapi lupa apa sih tujuan diri ini? apakah masih ada jalan menuju tujuan?

Namanya hikmah biasanya baru terasa di akhir. Rencana-Nya memang sangatlah indah walau mungkin bukan indah di awal karena Dia memang sebaik-baik pembuat rencana. Banyak surprise yang akan kita hadapi dari takdir-takdir-Nya. Banyak hikmah-Nya yang belum dapat kita pahami sampai sekarang, namun yakinlah dengan banyak merenung dan bersyukur kita akan paham bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.


KUA, 24 Maret 2017 23:59 WIB

*Bukan Kantor Urusan Agama, melainkan Kontrakan Ulul Albab.
/