Selasa, 02 Januari 2018

Konsekuensi Cinta

Kata orang, cinta dan benci itu beda tipis. Sampai ini saja kata orangnya, mau saya lanjutkan sendiri. Cinta adalah sesuatu yang dipuja-puja dianggap mulia sedangkan pasangannya cinta yang bernama benci seringkali, walaupun tidak selalu, dianggap biang kerok semua masalah di muka bumi ini.

Jadi sebenarnya bagaimana sih? Apakah berarti kita harus menebar cinta di muka bumi ini dan membumihanguskan benci dari muka bumi ini? Bagi yang sudah menonton Ayat-Ayat Cinta 2 mungkin tidak asing dengan kata yang Fahri kutip dari Badiuzzaman Said Nursi, ".... yang harus dicinta adalah cinta itu sendiri, yang harus kita benci adalah benci itu sendiri."

Oleh karena itu, apakah pernah terpikir bahwa kita harus melenyapkan rasa benci di muka bumi ini? Mungkinkah? Saya sebagai hamba yang lemah dan perlu banyak belajar ini menjawab tidak mungkin kita menghilangkan benci dari alam semesta ini. Bahkan benci adalah konsekuensi dari cinta itu sendiri. 

Mengapa?

Sekali lagi, benci adalah konsekuensi dari cinta itu sendiri. Apabila kita sudah mencintai seseorang ataupun sesuatu adalah hal wajar jika kita membenci hal-hal yang berlawanan dari yang kita cintai. Adalah wajar kita membenci hal-hal yang menyerang yang kita cintai. Bahkan, apabila tidak muncul rasa benci yang menjadi konsekuensi cinta ini maka tidak heran rasa cinta kita ini akan dipertanyakan.

Maka jangan heran apabila ada orang yang marah apabila junjungannnya dihina. Jangan heran apabila cintamu dipertanyakan saat kamu tidak membenci apa yang menjadi konsekuensi cintamu itu.

"... Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (49 : 7 - 8)

Lalu, apa solusi dari rasa benci yang menjadi produk turunan dari cinta itu tersebut? Mungkin saya tidak dapat menawarkan solusi total. Setidaknya, bersikaplah adil bahkan pada sesuatu yang kita benci. "... Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (5 : 7)

KUA, 2 Januari 2018
Bukhori Ahmad Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/