Kamis, 18 Januari 2018

Letakkan di Tengah

Dulu saya menempuh sekolah menengah pertama dan madrasah aliyah di pesantren. Pada kebanyakan pesantren, penggunaan hape untuk santri sangatlah dibatasi bahkan banyak yang dilarang sama sekali. Penggunaan hape tanpa izin pihak berwenang adalah sebuah pelanggaran sedang hingga berat. Sebagai contoh, barangsiapa yang tertangkap membawa hape maka saat sesi semua santri berkumpul, dia harus memecahkan hapenya sendiri di depan umum sekalipun hapenya mahal seperti iPhone. Saya termasuk orang yang terdampak dengan kebijakan ini selama 6 tahun dan saya mensyukuri hal itu. Saya baru sadar hikmah dari peraturan ini saat sudah tidak di pesantren.

Seringkali saya seharusnya belajar untuk pretes besok atau mencicil laporan praktikum yang harus dikumpulkan besok namun malah tenggelam dengan gawai (gadget). Saat duduk-duduk bersama teman malah masing-masing sibuk dengan gawainya. Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Tak dapat dipungkiri bahwa gawai sangatlah mempermudah hidup kita, namun penggunaannya yang tidak bijak dapat merugikan diri kita.

Sadar akan hal itu, ada beberapa upaya agar kita makin bijak menggunakan gawai. Saya mendapat banyak pelajaran dari asisten asistensi agama Islam (AAI) pertama saya Mas Faris, salah satunya adalah saat melingkar di AAI, semua gawai kita dikumpulkan di tengah dan yang ingin menggunakan gawainya izin harus izin terlebih dahulu. Hal ini membuat forum menjadi efektif dan tidak ada yang sibuk sendiri dengan gawainya. Saat belajarpun juga ada baik kita menjauh dari distraktor konsentrasi terbesar, yaitu gawai kita sendiri. Karena kadang saya sendiri merasa sudah belajar sampai larut malam namun hanya sedikit yang saya pelajari akibat terlena dengan gawai.

Yuk, kita lebih bijak menggunakan gawai kita untuk hidup yang lebih muntijah (produktif) 😊

Summarecon Mal Bekasi, 18 Januari 2018
Bukhori Ahmad Muslim

*Terasa asing ya penggunaan kata gawai untuk menggantikan kata gadget 😁


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/