Senin, 03 Oktober 2016

Motivasi & Rencana

Salah satu rangkaian Masa Orientasi Berjenjang 2016 di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret adalah Masa Bimbingan SPHENOID (Supervision Period to Help and Empower New Students to Become Incredible Doctors) 2016. Salah satu tugas di masa bimbingan ini adalah membuat Buku Rencana Kerja (BRK). Salah satu tujuannya adalah agar terbiasa membuat BRK untuk laboratorium-laboratorium nantinya.
Cover

Nah, ada juga penugasan untuk menulis motivasi masuk FK UNS, rencana tahun pertama, dan rencana jangka 10 tahun. Sepertinya ini pas lah buat blog pribadi ini. Ada baiknya share saja di sini. Enjoy my own font!












Walakhir, cover belakang...
Bukhori, Livvy, Ilyas, Dimas
Vindy, Marda, Farah, Balqis, Febi, Ulfah, Yaya, Arum

Melenceng

Senin, 9 Mei 2016 Jam 13.00 WIB (GMT +7)
Pengumuman SNMPTN 2016

Inilah hari yang mengubah diriku, pada detik itu Allah menakdirkan diriku untuk diterima di Kedokteran UNS (Universitas Sebelas Maret). Masih teringat saat itu diriku sedang di kelas GO untuk mengikuti bimbingan belajar persiapan SBMPTN. Saat itu pelajaran Bahasa Inggris yang dimulai setengah jam sebelum pengumuman. Sejak berangkat menuju tempat bimbel pikiranku sudah tidak tenang, harap-harap cemas menunggu pengumuman. Saat di kelas pun saya tidak fokus mendengatkan pembahasan soal-soal SBMPTN. Sembari memperhatikan penjelasan tutor dengan tidak fokus, saya berulang kali mencoba membuka dan terus refresh pengumuman.snmptn.ac.id dan mirror-mirrornya hingga akhirnya pada tepat pukul 13.00 saya membuka (kalau tidak salah) snmptn.its.ac.id lalu memasukkan NISN dan tanggal lahir maka muncullah gambar ini.
Baru berhasil screenshot 2,5 jam kemudian hehehe


Alasan saya saat pendaftaran memilih program studi ini di universitas ini adalah saya saat itu melihat ada kesempatan kemudahan masuk untuk para penghafal Alquran di UNS. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Program studi yang membuat saya tertarik dari UNS hanya kedokteran. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya mendaftar di program studi ini. Saya akan membahas tentang barakah Alquran yang saya rasakan akhir-akhir ini di post selanjutnya.
Sebenarnya ini bukan hal yang saya bayangkan bertahun-tahun yang lalu. Dahulu saat masih di madrasah aliyah, saya berkeinginan untuk masuk fakultas teknik. Tidak main-main, dulu saya targetkan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Namun qadarullah wamasya'a fa'ala Allah menakdirkanku untuk menjadi mahasiswa program studi kedokteran Fakultas Kedokteran UNS. Cerita saya bisa sampai di sini cukup unik dan saya rasa teman-teman saya pun juga unik-unik pula ceritanya.
Dahulu, saya tidak berkeinginan untuk menjadi dokter karena melihat ada saudari saya yang sekarang menjadi residen (dokter yang sedang menempuh pendidikan spesialis). Saya melihat dirinya terlalu sibuk. Dapat jadwal jaga malam, sampai di rumah langsung tidur karena capeknya, bahkan anaknya lebih banyak mbahnya yang mengurus sampai-sampai kalau anaknya nangis tidak berteriak "Ibuuu-ibuu" dsb tapi "Yang Utiii, Yang Utii" (maksudnya Eyang Putri yang dalam bahasa Jawa artinya nenek). Melihat hal itu saya semakin yakin untuk tidak ingin menjadi dokter. Saya pun merasa passion saya di fisika dan matematika apalagi yang bisa diterapkan di dunia nyata. Saya pun makin mantap untuk berencana melanjutkan studi di fakultas teknik. Ditambah saya melihat banyak di keluarga saya yang lulus fakultas teknik sekarang sudah mapan hidupnya tanpa perlu sesengsara saudari yang berprofesi dokter (sebentar lagi akan menjadi dokter spesialis aamiin). Alhamdulillah abi saya seorang insinyur sipil bisa menghidupi keluarga dengan berkecukupan dan profesinya tidak menyita waktu beliau untuk bersama keluarga. Adiknya abi saya yang biasa saya panggil 'Om', seorang lulusan teknik sipil yang satu almamater dengan masnya (abi saya sendiri) sekarang kariernya sudah meleihi masnya sendiri, sekarang sudah menjadi direktur di salah satu BUMN. Sangat banyak keluarga saya yang lulusan fakultas teknik terutama di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan sekarang sepanjang pengamatan saya hidupnya secara materi berkecukupan dan hidupnya tidak terlalu tersita oleh profesinya (setidaknya tidak separah dokter). Hal ini yang membuat saya semakin yakin untuk melanjutkan studi di fakultas teknik. Bahkan dulu saya bercita-cita seperti Presiden Republik Indonesia yang ketiga, Pak Habibie. Saya dahulu sampai menargetkan kuliah di Jerman sambil menjadi Imam atau berdakwah di sana. Tetapi manusia boleh berencana, Allah yang menentukan.
Pernah saat dahulu di zaman madrasah aliyah saya merasa saya merasakan bahwa saya seperti 'digiring' untuk masuk ke fakultas kedokteran. Saya senang di bidang fisika dan matematika tapi saat ikut olimpiade malah diarahkan ke biologi dan alhamdulillah saya mentok di tingkat provinsi. Saya juga terajak untuk merenung: di keluarga besarku sudah banyak sekali lulusan fakultas teknik. Mungkin ini saatnya untuk berbagi profesi. Saya tiga bersaudara: masku di FEB UGM dan mbakku di Teknik Mesin ITS. Saya berpikir agar kami tiga bersaudara masuk ranah profesi yang berbeda satu sama lain.
Tentu setiap pilihan memiliki konsekuensi. Termasuk hal yang terpikir olehku sesaat setelah pengumuman adalah sepertinya target untuk menikah bisa mundur. Untuk menjadi dokter harus melewati masa pre-klinik (Sarjana Kedokteran) paling cepat 7 semester (3,5 tahun), pendidikan profesi dokter kalau tidak salah di UNS paling cepat 4 semester, dan terakhir harus lulus Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD, semacam ujian nasional tapi untuk dokter muda). Setelah melewati itu semua baru disumpah menjadi dokter umum dan disematkan di awal namanya gelar 'dr.' (dokter). Namun jangan bayangkan jika disumpah menjadi dokter langsung bisa membuka praktik mandiri. Masih ada program yang harus dijalani lagi agar bisa berhak membuka praktik mandiri yaitu internship (magang) selama setahun. Untuk saat ini, bantuan biaya hidup untuk para dokter yang sedang menjalani internship adalah 2,5 juta rupiah dan itupun masih dipotong pajak. Jadi hitungan kasarnya untuk menjadi dokter yang dapat praktik mandiri PALING CEPAT adalah 3,5 + 2 + 1 = 6,5 tahun. Semoga saya tidak perlu selama ini untuk menikah hehehe.
/