Sabtu, 20 Januari 2018

Pada liburanku yang gabut ini, aku mencanangkan membaca beberapa buku yang sebenarnya pernah kubaca bahkan kupelajari di sekolah menengah namun kurasa butuh untuk kembali membacanya. Buku yang kumaksud adalah buku fikihku dahulu. Saat berhadapan permasalahan di dunia nyata sering samar-samar kuingat solusinya ada di pelajaranku dulu namun aku lupa. Oleh karena itu harus kubaca lagi. Namun, saat melihat-lihat buku yang ada di rak, aku menemukan buku karangan Pidi Baiq, judulnya Milea Suara dari Dilan. Karena aku sudah membaca Dilan Dia adalah Dilanku 1990 dan filmnya sebentar lagi tayang, aku menjadi tergoda membacanya. Anggap saja sebagai selingan dan melatihku berkata manis bila nanti saatnya telah tiba.

Aku membaca buku Milea setelah dzuhur, itupun aku tidak terus-terusan membacanya. Aku sambi dengan melihat pengumuman peserta lolos tahap 1 olympus 2018 dan melihat berita di teve. Aku masih ingat aku menonton saluran France24 namun berbahasa Inggris, beritanya tentang "US Government Shutdown". Pemerintahan Amerika 'padam' atau 'tutup'. Rencana anggaran federal tidak diloloskan oleh Kongres sehingga pemerintahan Amerika tidak memiliki dana untuk menjalankan operasionalnya alias macet sampai rencana anggaran ini disetujui. Aku mencoba mengklarifikasi yang kuserap dari berita di saluran ini dengan membuka Aljazeera berbahasa Arab. Oke, ternyata sama isinya. Lumayan sekalian mengasah kosa kata bahasa Arab modern. Aku lanjut membaca Milea. Ashar. Setelah itu, lanjut kembali dan aku tenggelam dalam bacaan ini hingga tak terasa selesai sebelum waktu maghrib.

Banyak hikmah kudapatkan dari buku ini yang menurutku tidak terlalu tebal. Namun, justru hikmah terbesar yang kusadari bukan dari isi buku melainkan dari proses membaca buku ini. Mengapa aku bisa tenggelam membaca buku ini hingga waktu tak terasa dari jam 1 sudah jam 6. Baru tersadar saat tamat halaman 357 alias terakhir. Aku membayangkan bagaimana seandainya aku bisa membaca Alquran setenggelam ini. Membaca Alquran yang kandungan sastranya pastinya lebih tinggi dibanding buku Milea (dan memang bukan bandingannya). Membaca Alquran tanpa bosan baru sadar waktu saat sudah selesai mengkhatamkan.

Aku hanya bisa bertanya kepada diri sendiri. Aku baru sadar mengapa orang bisa betah membaca sesuatu. Orang bisa betah membaca sesuatu karena menyukai bacaan itu, karena mencintai bacaan itu, karena nyaman dengan bacaan itu. Sekarang, aku sadar berapa kadar kecintaanku terhadap Alquran. Bagaimana dengan kamu? Semoga baik-baik saja di sana.

Jatiasih, 20 Januari 2018
Bukhori Ahmad Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/