Kamis, 12 Juli 2012

Kisahku dalam menghafal Al-Qur'an (Part 2)

Sudah tiba waktunya untuk melanjutkan tulisan kemarin, sekarang ane akan menceritakan kisahku dalam menghafal Al-Qur'an yang sesungguhnya. Diharapkan dari tulisan ini pembaca akan muncul dalam dirinya semangat untuk 'membawa' Al-Qur'an ke mana pun ia berada dengan cara menghafalnya. Tidak seperti tulisan sebelumnya yang menceritakan awalnya awal dari seri kisah ini, kali ini kita akan benar-benar 'masuk' ke dalam cerita ini. Ane sarankan sebelum membaca part ini ada baiknya membaca part sebelumnya dikarenakan ada beberapa kosakata baru dan agar lebih mudah memahaminya.

Sebelum masuk ke cerita, ada bagusnya kita mengetahui sistem tahfidz yang ada di pesanten yang ane nyantri di sana. Sistem yang berlaku di sini adalah halaqoh. Normalnya, setiap halaqoh terdiri dari 1 ustadz dan 11 - 15 santri. Mereka semua duduk di masjid dan khusus untuk ustadz diberi meja kecil yang di atasnya terdapat Mushaf Al-Qur'an. Halaqoh ini aktif selama 3 kali sehari kecuali hari libur (biasanya hari jum'at). Setelah sholat shubuh sampai kira-kira sejam kemudian adalah waktu untuk menyetorkan hafalan baru kira-kira minimal sekali duduk (setor) 1 halaman, adapun setelah sholat ashar hingga sejam kemudian adalah waktu menyetorkan murojaah (hafalan lama) kira-kira minimal 3 halaman sekali duduk, dan antara maghrib hingga isya' adalah waktu untuk menyiapkan hafalan baru yang akan disetor besok.

Masih teringat jelas di benakku setelah diumumkan bahwa ane masuk tahfidz tepat setelah sholat maghrib tanggal 15 Oktober 2010 ane langsung lompat-lompat kegirangan (lebay). Mulai saat itu ane resmi masuk tahfidz yang menandakan bahwa perjuangan sesungguhnya baru saja dimulai. Namun, ternyata ustadz yang 'memegang' halaqoh ane bukanlah ustadz yang ane harapkan sebelumnya. Ustadz yang memegang halaqoh ane terkenal killer terhadap kelas 1. Tapi life goes on, jalani saja yang terpikir di benakku. Terlintas di benakku juga akan target di semester ini, target ane 2,5 juz di rentang waktu menghafal yang cukup ketat (dari pertengahan oktober hingga akhir november). Alhamdulillah, ane sangat terbantu dengan 'tabungan' yang sempat ane buat saat tahsin (lihat part 1). Memang jumlahnya tidak seberapa (setengah juz) namun ternyata sangat membantu dalam proses menghafal ane selama kelas 1.

Sistem yang ane pakai dan cocok buat ane selama ane kelas 1 adalah sistem tabungan. Pertama kali masuk tahfidz ane mempunyai tabungan setengah juz, setiap setor ane tambah tabungan ane sesuai jumlah halaman yang ane setor barusan. Biasanya ane setor sehari 1; 1,5; atau 2 halaman. Namun hafalan banyak tapi tidak lancar bukanlah hal yang baik. Rasulullah bersabda, "Alangkah buruknya orang yang berkata, "Aku lupa ayat ini dan itu." Sebenarnya dia dibuat lupa. Sering-seringlah mengingat (muroja'ah) Al-Qur'an karena ia lebih cepat hilangnya dari dada (hafalan) seseorang daripada unta yang lepas dari ikatannya." (HR Muslim). Karena hal itu, ane menargetkan muroja'ah 5 halaman sekali setor di sore hari. Alhasil, selama 4 hari bisa mendapat muroja'ah 1 juz.

Menyetorkan hafalan kepada ustadz tidaklah sama rasanya dengan menyetorkan hafalan kepada teman. Rasa menyetorkan hafalan kepada ustadz adalah lebih tegang daripada setor kepada teman. Alhasil, akan ketahuan kualitas hafalan kita, lancar atau tidak lancar. Menyetorkan hafalan kepada ustadz juga meminimalisir salah hafalan, karena biasanya ustadz lebih teliti daripada santri. Selama ane kelas 1, setor hafalan baru itu wajib ke ustadz. Adapun muroja'ah digilir, terkadang ke ustadz dan terkadang ke santri karena tidak cukup waktunya jika para santri setiap hari menyetorkn muroja'ah ke ustadz.

Kali ini ane mau menyorot keunikan ustadz halaqoh ane, ustadz halaqoh ane sangat killer terhadap kelas 1. Alasan dia killer akan ane sebutkan di part selanjutnya nanti. Namun dia hanya menghukum santri yang salah saja dan dibalik dari itu, dia adalah ustadz humoris dan bagus retorikanya. Biarkan sosok dia menjadi kenangan dalam hidup ane karena sosoknya memang sulit digambarkan oleh kata-kata.

UAS pertama bagi angkatan ane pun tiba, setiap akhir semester seluruh santri dihadang oleh 3 ujian 'maraton'. 3 ujian itu adalah ujian praktek (praktek bahasa arab, inggris, dan fiqh), ujian tahfidz (seluruh hafalan disetorkan pada ujian ini), ujian tulis (evaluasi belajar akhir semester, pelajaran-pelajaran umum dan pesantren diujikan secara tertulis pada ujian ini). Tak terasa saat UAS ini datang, hafalan ane sudah sampai target. Salah satu kuncinya adalah berani bermimpi mimpi yang jelas dan istiqomah.

Sekian dulu part ini, kisah ini ditulis HANYA لله عزّ وجلّ dimaksudkan agar para pembaca semangat berjuang dengan Al-Qur'an. Part selanjutnya berisi kisah yang paling tak terduga dalam hidup ane, mungkin akan ditulis saat liburan depan . Kali ini, silahkan ambil pelajaran dari kisah ini sendiri .

Senin, 09 Juli 2012

Kisahku dalam menghafal Al-Qur'an (Part 1)

Sudah lama tidak menulis blog ini, mungkin karena kurangnya motivasi. Untuk kali ini ane akan menulis kisah ane dalam menghafal Al-Qur'an. Judul post ini terinspirasi dari sebuah buku yang ada di kantin pesantren ane (padahal ane ga beli) .

Kisah ane dalam hal ini bagi ane terasa berkesan dan aneh. Sebelum tahun 2010, ane tidak terbayang akan 'nyasar' di Pesantren Terpadu Darul Qur'an Mulia dan menghafal Al-Qur'an secara fokus (walau masih ada kegiatan lain seperti KBM, dll.). Pada tahun 2010, orangtua ane mengajak ane untuk survey ke pesantren ini dan ane merasa cocok. Lalu ane mengikuti Penerimaan Santri Baru (PSB) dan Alhamdulillah lulus. Baru pada siang sebelum final piala dunia 2010 yaitu tanggal 11 Juli 2010 ane resmi menjadi santri di pesantren ini.

Ternyata setelah masuk di pesantren ini, setiap santri tidak serta merta langsung menghafal Al-Qur'an  (tahfidz) namun harus mengikuti perbaikan bacaan (tahsin) sampai dinilai layak untuk masuk tahfidz. Hal ini dilakukan karena jika orang menghafal Al-Qur'an dengan bacaan yang pas-pasan alias buruk maka ia akan menemui kesulitan-kesulitan diantaranya: kesulitan menghafal (membaca saja tidak lancar, apalagi menghafal) dan terbentuk di otaknya hafalan yang tidak bisa membedakan huruf-huruf Al-Qur'an (contohnya dia tidak bisa membedakan ثُمَّ dengan سُمَّ). Ujian lulus tahsin/masuk tahfidz ini dibuat pergelombang dan hanya orang-orang yang dipilih dari setiap kelompok (halaqoh) yang bisa mengikutinya.

Saat ujian ini diadakan untuk gelombang pertama, ane dipilih untuk mengikutinya namun sayang belum lulus. Belum 3 minggu berlalu bulan ramadhan tiba. Ujian ini diadakan kira-kira 2 atau 3 minggu sekali, namun di bulan ramadhan 'diliburkan'. Liburan Idul Fitri tiba untuk pertama kalinya bagi sebagian angkatan ane (karena di tahun sebelum ane masuk terdapat 7 santri yang tidak naik kelas). Saat liburan telah selesai dan kembali beraktivitas di pesantren, ane mulai menghafal sendiri walau masih tahsin untuk tabungan saat tahfidz kelak. Kira-kira 2 minggu berlalu ujian ini kembali diadakan untuk gelombang kedua dan ane terpilih kembali untuk mengikutinya. Sayang seribu sayang, 2 kali mengikuti ujian 2 kali pula tidak lulus ujian. Sempat putus asa menghanyutkanku, namun itu hanya sebentar dan kelak ane akan mengerti hikmah dari kejadian ini setelah 9 bulan kemudian. Ane berhenti menabung hafalan dan fokus perbaikan bacaan.

Ada banyak cara untuk memperbaiki bacaan, namun yang digunakan Ustadz halaqoh ane hanya 3 saja, yaitu: tilawah sendiri, talaqqi (santri face to face dan one by one dengan ustadz lalu membaca di hadapannya dan ustadz itu akan memberitahu kesalahan-kesalahan bacaan), dan talqin (ustadz membaca potongan ayat lalu santrinya mengikuti bacaannnya setelah selesai dibacakan).

Tak terasa ujian lulus tahsin kembali tiba walau sempat tertunda oleh UTS ganjil. Alhamdulillah ane terpilih kembali untuk mengikutinya dan LULUS. Maka pada 15 Oktober 2010 setelah sholat maghrib adalah pertama kalinya ane masuk tahfidz. Ingin tahu kisahku dalam menghafal yang sesungguhnya? Nantikan part selanjutnya hanya di blog ini!
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini:
  1. Segala sesuatu terkadang terjadi tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya.
  2. Jangan terlalu lama hanyut dalam kegagalan, karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
  3. Jika seandainya sebuah pekerjaan tidak bisa dikerjakan seluruhnya, maka kerjakan sebagiannya dan  jangan ditinggalkan seluruhnya.
  4. Dalam menghafal Al-Qur'an kita harus memperbaiki dahulu bacaan sampai layak.
  5. Jangan pernah lupakan sejarahmu selamanya, buruk ataupun baik.
  6. Pesantren Tahfidz adalah alternatif tempat untuk menghafal Al-Qur'an.
/