Sabtu, 13 Januari 2018

Merencanakan Kematian

Di suatu grup LINE pada sesi tanya-jawab anggota grup tersebut, muncul sebuah pertanyaan menarik.



"Pengen merencanakan wafat dlm keadaan sprti apa?" (Kartikawati, 2018)

Saya kutip pertanyaan itu tanpa disunting sama sekali.

Seringkali kita memikirkan perencanaan hidup. Bahkan anak kecil pun pada masa kecilnya sering ditanya cita-citanya, "Mau jadi apa kalau besar nanti?" Banyak motivator memotivasi apabila ingin hidup sukses maka rencanakanlah. Setiap organisasi dalam keberjalanannya diawali dengan perencanaan.  Banyak yang memikirkan perencanaan hidup. Namun, kita sering lupa bahwa kita pasti juga akan mati. Memang tidak ada yang tahu kapan mati tapi kita mati bagaimana itu bisa direncanakan.

Sebagai orang yang yakin masih ada kehidupan abadi setelah kematian, hal ini jangan sampai luput. Dunia yang hanya beberapa tahun tak ada apa-apanya dengan akhirat yang kekal. Hal yang paling menentukan akhirat kita adalah episode akhir-akhir dalam hidup kita. Sebuah episode yang kita tak tahu kapan tapi bisa diantisipasi.

"Orang akan mati atas kebiasaan hidupnya." Hal ini yang paling utama dalam perencanaan kematian. Mari biasakan kebaikan apabila mati dalam kebaikan. Sebaliknya, setiap melakukan keburukan yang membuat hati was-was, camkan dalam hati pikiran bagaimana jika aku mati saat melakukan hal ini? Semoga hal ini dapat membantu berhenti melakukan keburukan.

Selanjutnya, rencanakan bagaimana keadaan mati kita yang kita masing-masing idamkan lalu kita usahakan dan doakan agar hal itu tercapai. Tanyakan pada diri, masihkah mati syahid, mati yang paling mulia di sisi Allah, menjadi cita-cita tertinggi kita? "Barangsiapa yang meminta Allah kesyahidan dengan benar maka Allah akan sampaikan dia pada derajat syuhada' walaupun dia mati di atas kasurnya." (HR Muslim no 1909)

Karena sering sekali kita memikirkan bagaimana cara hidup enak namun sering kita lupakan bagaimana cara mati enak.

KA Argo Lawu, 13 Januari 2018
Orang yang belum merasakan kematian namun pasti akan merasakannya,
Bukhori Ahmad Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/