Jumat, 26 Januari 2018

Panggilan

Ada seorang pekerja proyek yang bekerja di lantai 12. Dia menggunakan peralatan keselamatan lengkap seperti helm, earplug, dsb. Pekerjaannya memang menghasilkan suara bising sehingga dia memerlukan earplug untuk meredam suara yang dia terima. Pada suatu saat dia merasa ada benda kecil jatuh mengenai helmnya, ternyata itu adalah koin seratus rupiah.

"Ah, apaan sih ini."

Seketika dia membuang koin itu begitu saja.

Setelah itu dia melanjutkan pekerjaannya dan ada lagi-lagi ada koin yang jatuh mengenai helmya dan kali ini adalah koin seribu rupiah.

"Ambil aja ah, lumayan nanti biar tidak repot mencari recehan membayar parkir." Saat itu biaya parkir motor di sana masuk seribu rupiah.

Pekerja itu kembali melanjutkan pekerjaannya dan lagi-lagi ada koin yang jatuh mengenai helmnya. Kali ini adalah koin berwarna perak yang dia tidak dia kenali. Dia kantongi koin itu begitu saja tanpa sadar koin itu adalah dinar perak yang hari ini senilai Rp87.453.

Setelah itu, dia melanjutkan pekerjaannya dan kali ini ada kerikil yang menimpuk helmnya. Baru dia mengadahkan kepalanya ke atas dan ternyata bosnya yang sedang di lantai 15 memanggilnya. Tersadar ternyata koin-koin yang dijatuhkan ke dia bertujuan agar dia merasa terpanggil karena dia tidak bisa mendengar teriakan orang sebab earplug yang menempel pada telinganya.

***
Dari cerita fiktif ini, kita bisa menyadari sering nikmat yang kita dapatkan tidak membuat kita sadar akan Sang Pemberi Nikmat. Kita juga tidak menyadari kadar sesungguhnya sebuah nikmat jika ilmu kita terbatas. Yang paling menyedihkan, seringkali kita baru ingat Allah setelah mendapat musibah.

Apakah harus musibah demi musibah menghampiri kita baru kita mengingat-Nya? Alangkah indahnya apabila kita bisa menjadikan setiap nikmat dari-Nya sarana kita makin dekat kepada-Nya.

Jatiasih, 26 Januari 2017
Bukhori Ahmad Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/