Jumat, 24 Maret 2017

Perantara & Tujuan

"Keren itu bukan tujuan, tapi hanya perantara saja." (26 Februari 2017)

Sering kali sesuatu yang sebenarnya hanyalah sebuah perantara karena ego kita hal itu berubah menjadi tujuan. Misalnya aku harus ikut ini harus ikut itu, harus aktif ini aktif itu, harus IP cumlaude, harus jadi aslab, dsb. Saat hal itu tak tercapai langsung down. Misalnya juga pokoknya aku harus masuk universitas ini universitas itu namun ternyata takdirnya di universitas lain. Padahal kita bisa aktif di sebuah tempat, IP bisa cumlaude, atau mendapat posisi tertentu hanyalah sebuah perantara agar kita bisa menjadi tujuan kita.

Tertutupnya sebuah pintu perantara bukan berarti tertutupnya pintu untuk menggapai tujuan sama sekali. Terkadang kita terlalu lama meratapi tertutupnya sebuah pintu perantara sehingga kita tak sempat menyadari ada pintu perantara lain yang secara bersamaan terbuka untuk kita.

Hal pertama yang dapat dilakukan saat merasa tertutupnya sebuah pintu perantara adalah menerima dengan ikhlas serta merenungi hikmahnya. Sering diri terlalu berambisi dalam meraih sesuatu hingga lupa akan esensinya. Sering bertanya 'mengapa tidak dapat' dan berandai 'seandainya di sana' tapi lupa apa sih tujuan diri ini? apakah masih ada jalan menuju tujuan?

Namanya hikmah biasanya baru terasa di akhir. Rencana-Nya memang sangatlah indah walau mungkin bukan indah di awal karena Dia memang sebaik-baik pembuat rencana. Banyak surprise yang akan kita hadapi dari takdir-takdir-Nya. Banyak hikmah-Nya yang belum dapat kita pahami sampai sekarang, namun yakinlah dengan banyak merenung dan bersyukur kita akan paham bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.


KUA, 24 Maret 2017 23:59 WIB

*Bukan Kantor Urusan Agama, melainkan Kontrakan Ulul Albab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/