Senin, 09 Juli 2012

Kisahku dalam menghafal Al-Qur'an (Part 1)

Sudah lama tidak menulis blog ini, mungkin karena kurangnya motivasi. Untuk kali ini ane akan menulis kisah ane dalam menghafal Al-Qur'an. Judul post ini terinspirasi dari sebuah buku yang ada di kantin pesantren ane (padahal ane ga beli) .

Kisah ane dalam hal ini bagi ane terasa berkesan dan aneh. Sebelum tahun 2010, ane tidak terbayang akan 'nyasar' di Pesantren Terpadu Darul Qur'an Mulia dan menghafal Al-Qur'an secara fokus (walau masih ada kegiatan lain seperti KBM, dll.). Pada tahun 2010, orangtua ane mengajak ane untuk survey ke pesantren ini dan ane merasa cocok. Lalu ane mengikuti Penerimaan Santri Baru (PSB) dan Alhamdulillah lulus. Baru pada siang sebelum final piala dunia 2010 yaitu tanggal 11 Juli 2010 ane resmi menjadi santri di pesantren ini.

Ternyata setelah masuk di pesantren ini, setiap santri tidak serta merta langsung menghafal Al-Qur'an  (tahfidz) namun harus mengikuti perbaikan bacaan (tahsin) sampai dinilai layak untuk masuk tahfidz. Hal ini dilakukan karena jika orang menghafal Al-Qur'an dengan bacaan yang pas-pasan alias buruk maka ia akan menemui kesulitan-kesulitan diantaranya: kesulitan menghafal (membaca saja tidak lancar, apalagi menghafal) dan terbentuk di otaknya hafalan yang tidak bisa membedakan huruf-huruf Al-Qur'an (contohnya dia tidak bisa membedakan ثُمَّ dengan سُمَّ). Ujian lulus tahsin/masuk tahfidz ini dibuat pergelombang dan hanya orang-orang yang dipilih dari setiap kelompok (halaqoh) yang bisa mengikutinya.

Saat ujian ini diadakan untuk gelombang pertama, ane dipilih untuk mengikutinya namun sayang belum lulus. Belum 3 minggu berlalu bulan ramadhan tiba. Ujian ini diadakan kira-kira 2 atau 3 minggu sekali, namun di bulan ramadhan 'diliburkan'. Liburan Idul Fitri tiba untuk pertama kalinya bagi sebagian angkatan ane (karena di tahun sebelum ane masuk terdapat 7 santri yang tidak naik kelas). Saat liburan telah selesai dan kembali beraktivitas di pesantren, ane mulai menghafal sendiri walau masih tahsin untuk tabungan saat tahfidz kelak. Kira-kira 2 minggu berlalu ujian ini kembali diadakan untuk gelombang kedua dan ane terpilih kembali untuk mengikutinya. Sayang seribu sayang, 2 kali mengikuti ujian 2 kali pula tidak lulus ujian. Sempat putus asa menghanyutkanku, namun itu hanya sebentar dan kelak ane akan mengerti hikmah dari kejadian ini setelah 9 bulan kemudian. Ane berhenti menabung hafalan dan fokus perbaikan bacaan.

Ada banyak cara untuk memperbaiki bacaan, namun yang digunakan Ustadz halaqoh ane hanya 3 saja, yaitu: tilawah sendiri, talaqqi (santri face to face dan one by one dengan ustadz lalu membaca di hadapannya dan ustadz itu akan memberitahu kesalahan-kesalahan bacaan), dan talqin (ustadz membaca potongan ayat lalu santrinya mengikuti bacaannnya setelah selesai dibacakan).

Tak terasa ujian lulus tahsin kembali tiba walau sempat tertunda oleh UTS ganjil. Alhamdulillah ane terpilih kembali untuk mengikutinya dan LULUS. Maka pada 15 Oktober 2010 setelah sholat maghrib adalah pertama kalinya ane masuk tahfidz. Ingin tahu kisahku dalam menghafal yang sesungguhnya? Nantikan part selanjutnya hanya di blog ini!
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini:
  1. Segala sesuatu terkadang terjadi tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya.
  2. Jangan terlalu lama hanyut dalam kegagalan, karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
  3. Jika seandainya sebuah pekerjaan tidak bisa dikerjakan seluruhnya, maka kerjakan sebagiannya dan  jangan ditinggalkan seluruhnya.
  4. Dalam menghafal Al-Qur'an kita harus memperbaiki dahulu bacaan sampai layak.
  5. Jangan pernah lupakan sejarahmu selamanya, buruk ataupun baik.
  6. Pesantren Tahfidz adalah alternatif tempat untuk menghafal Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/