Aku minta maaf jika kamu menganggapku tidak memperhatikan lawan bicara karena tidak menatap mata dan pandangan entah ke bawah entah ke samping. Aku tak mungkin menatapmu terus-menerus sepanjang kita bicara. Cukup di awal aku memanggilmu dan menatapmu di awal saja bahwa aku memang mau bicara denganmu. Aku lakukan ini bukan karena aku merendahkanmu, justru ini carakulah untuk memuliakan per-empu-an. Yakinlah walau kau merasa biasa saja tapi tidak dengan diriku. Entah kau memang sudah cantik dari sananya atau setan yang menghiasimu. Aku tak ingin menikmati wajah yang belum halal untukku.
Inilah prinsipku sebagai lelaki, makhluk visual. Aku akan terus menjaga diriku, Aku akan terus berusaha menjaga pandanganku. Mungkin saat mentapmu terasa indah apalagi saat pandangan kita bertemu, berjuta rasa terasa dan sulit diungkap oleh kata. Namun beberapa saat setyelah itu aku baru sadar bahwa ini tak beda dengan narkoba. Ada efek sakaw jika tidak diulang kembali. Kau tahu bagaimana rasa sakaw? Aku tak tahu rasanya kecuali yang disebabkan oleh pandangan. Memang rasa 'sakaw' akan hilang sedikit demi sedikit dengan beriringnya waktu, namun bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?